Sabtu, 10 Juli 2010

Part 2 -I'm a Nationalist!!! (Who's the 'third' man in the picture?)

Ini adalah tiga serangkai yang dimaksud.



Mari kita mengenal Sjahrir lebih lanjut...

Dibandingkan dengan Soekarno-Hatta, Sjahrir terlihat lebih muda. Memang begitu kenyataannya -_-... Saat menjadi Perdana Menteri pertama ia masih berumur 36 tahun...

Oh ya, sebenarnya Hatta lebih dulu kenal sama Sjahrir lho..(So?) Tapi, mengapa Hatta malah jadi dwitunggal sama Soekarno? Padahal mereka kan berbeda? Kenapa tidak sama Sjahrir yang udah jelas-jelas "sekampung" dan memiliki banyak persamaan pendapat?

Kalau tidak salah, keputusan ini diambil pada saat keduanya bertemu saat zaman penjajahan Jepang. Waktu itu Soekarno tengah membicarakan bahwa inilah saatnya mereka bekerjasama. Hatta pun setuju, dan jadilah Dwitunggal. Nah, Sjahrir lebih memilih untuk bekerja "bawah tanah" dengan mengandalkan radio gelapnya (Saat itu penjajah tidak mengizinkan seorang untuk mempunyai radio yang bisa menerima kabar dari luar. Itulah sebabnya dinamakan radio gelap..).

Terjadilah perjuangan dengan dua cara itu. Ya', cukup tentang ini, dipelajaran sejarah juga pasti ada...-_-.. (Ok itu nggak penting) Sekarang ada yang aku mau kasih lihat kepada anda-anda:



Ini adalah sketsa Sjahrir yang aku buat sendiri (of course nyontek foto lah...) tapi jadinya masih abal-abal...-_- Nah, diparagraf ini aku akan menjelaskan bagaimana sosok seorang Sjahrir itu...

Diantara para wartawan pada zaman itu, ia disebut "Bung Kecil". Ya, secara fisik mungkin Sjahrir terlihat kecil. Tetapi tidak nyalinya. Untuk seorang "anak muda" zaman itu, ia sudah jauh melampaui batas. Bayangkan, seorang berumur 30-an, bisa menjadi perdana menteri yang memimpin hingga 2 (atau 3 aku lupa)kabinet dinegara yang baru merdeka, yang masih perang-perangan, hancur-hancuran.., yahh...pokoknya masih semerawut adanya... Kagum.:0

Pernah pada suatu saat ia dicegah oleh seorang prajurit NICA. Prajurit itu menodongkan sebuah pistol kekepalanya, jengjengjeng.. Sjahrir bergeming (Kalo aku udah pingsan kali...Kalo nggak langsung ditembak karena dia udah ga tahan ngeliat mukaku yang amat..amat gembel. Ya, aku memang jagonya meng-gembel. Oya, aku kan waktu itu belum lahir -_- Oke, itu nggak usah dipikirin..). Saat pistol mematikan itu akan ditembakkan, pertolongan datang. Pistolnya macet. hening.. Karena malu mungkin, dan nggak mau kehilangan kesempatan, secara spontan (uhuy!) si prajurit langsung memukul pistolnya ke mata Sjahrir. Jedug! Matanya membiru. Namun saat para saksi ingin mengudarakannya lewat radio, Sjahrir menolak. Ia tidak mau para pemuda berperang karena kebencian.

Ya, tidak ada kata minder dalam kamusnya. Tapi banyak dalam kamusku: Minder sama temen, re-minder hape, sampai minderan HI. Oh, itu bunderan HI...-_- hening.

Dimata Bung Hatta, Sjahrir adalah orang yang penuh fantasi, juga sangat kritis kepada dirinya(Hatta). Karena ia pernah bilang kalau Bung Hatta mempunyai buku roman satu saja sudah malu, padahal buku roman ia tinggal semua di Belanda saat kuliah... ya, Sjahrir memang kritis.

Sebenarnya masih banyak cerita lagi, tapi cukup sekian dulu deh.. kapan-kapan aku akan cerita lagi. Ciao!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar