
Jumat, 17 September 2010
Suatu Hari di Prapat

Senin, 23 Agustus 2010
PKI: Siasat Permen
Sabtu, 14 Agustus 2010
About Our Gamelan

Gamelan is a musical ensemble that is originally Indonesian, tipicaly from Java and Bali. In a set of gamelan, contains up to ten or even more instruments, which are sets of metallophones, xylophones, drums or kendang, gongs and kempul (which is the smaller types of gong that can be played in different notes). But in some editions of gamelan, bamboo floots or suling, strings, and even vocalists can be included.
When playing gamelan, we always have two "same" instruments, which one placed horizontally, and the other one vertically beside us. Actually, that "same" instruments are not really the same. Although the types are similar, they have different notes and sounds, even different functions.
While instruments in slendro scales used to be played in Wayang performances, laras pelog usually doesn't. The information about these scales, I don't have much.
The history of gamelan itself, it came or developed in the time of the Majapahit Empire. In spite of the heavy influence of Indian culture in other art forms, gamelan is different because of it's Javanese style of singing.
In Javanese mythology, gamelan was created by Sang Hyang Guru in Saka era 167, the God who ruled all of Java as a king from the palaces on the Maendra mountains in Medangkamulan (now mount Lawu). He needed a signal to summon the gods, so he invented the gong. for more complex message, he made two other gongs, thus forming the original set.
Now, about the songs we played in the extracurricular. As a beginner, the songs we play are only simple Javanese, Sundanese, or even from Betawi, that is already familiar in public. The songs that we already play are; Kicir-kicir, Sirih Kuning, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Suwe Ora Jamu, Srepeg Kemudo Rangsang, Manuk Dadali, Sworo Suling, Praon, and many more.
That's all I've got about gamelan.
Source:
http://en.wikipedia.org/wiki/gamelan andddd....
myself!
Senin, 09 Agustus 2010
Puisi Iseng
Soekarno-Hatta
Sejak tigawarna masih disini
Mereka sudah mengangkat kaki
Berjalan dengan keyakinan hati
Menuju kemerdekaan bangsa ini.
Tahun '45 sudah berlalu
Semua peperangan, perjuangan, pergerakan,
Semua telah berlalu
Tetapi kami masih mengingatmu.
Mereka tidak terpisahkan
Dimana ada Soekarno, pasti ada Hatta,
Begitupun sebaliknya
Karena perjuangan mereka lakukan bersama.
Tapi karena perbedaan mereka berpisah
Ada Soekarno, namun Hatta tak lagi ada
Beliau mengapit buku, Soekarno mengangkat tongkat
Saat menjabat terakhir sebagai wakil pemerintah
Namun bagaimanapun, mereka tidak terpisahkan
Mereka tetap hidup sebagai sahabat
Itu terbukti saat
Hatta menjenguk Soekarno di saat terakhirnya.
Dari masa ke masa,
Merekalah Dwitunggal kita
Part 2 - Gowes ke Kota Tua
Akhirnya kami meninggalkan areal Monas. Otomatis lewat "White House" Indonesia alias Istana Merdeka & Negara. Tampaknya kosong, tapi sebenarnya banyak "penjaganya" lho...hiiiiiii ... Ya, warnanya merah-putih, bawa senapan (warnanya silver tapi aku lupa jenisnya opo..), diem ngeliat kedepan. Mereka juga yang pertamakali tau kalau Monas ROBOH....hehe procol sedikit itu bagian dari buku "Misteri Harta Karun VOC"-nya E.S. Ito yang aku baca dulu. Lumayan ngakak pas bab yang itu. Bukunya seru kok...baca ya...:)
Lanjut lanjut lanjut akhirnya sampai di Kota Tua. Belum sampai yang dideket pelabuhan sih, tapi sudah cukup tua untuk dilihat. Contohnya bangunan ini nih;
Lalu aku ke....
Museum Wayang. Terletak di dekat Museum Fatahilah atau Museum Sejarah Jakarta. Didalamnya terdapat banyaaaak sekali wayang (yayalah). Dulu aku pernah kesini, isinya macem macem, nggak cuma wayang kulit dan wayang golek saja. Ada juga wayang golek yang terbuat dari kulit (?)...nggak deng ngibul. Yang jelas, berbagai macam wayang ada disini. Di salahsatu lemari kaca waktu itu kalau nggak salah ada wayang Soekarno lho... Pake baju militer putih, dan tentu saja, peci kesayangannya. Wayang dari luar negri juga ada..
Dan konon katanya, museum ini angker lho... ayo kita katakan bersama lagi; hiiiiii.... Peristiwanya tak lain ada wayang yang bergerak-gerak sendiri. Kadang ada suara orang berjalan yang tak lain adalah seorang bapak2 (nggak mungin mas mas) yang memakai baju militer Belanda jaman baheula. Jujur pas aku lagi ngeliat-ngeliat sendiri koleksi wayang saat itu, aku merinding dan merasakan sesuatu yang aneh. Tapi tidak terjadi apa-apa. Makanya pas aku denger cerita diatas langsung maklum.
Kita lihat gambar selanjutnya dibawah ini;
Bangunan yang letaknya agak dikiri foto ini adalah Toko Merah. Kalau nggak salah sekarang ini fungsinya sebagai kantor. Tapi bangunan ini katanya angker juga lho... Maklum bangunan lama, kalau nggak angker ya aneh. Dari salah satu buku yang pernah ku baca, dulu pas SD (masih inget aja...), dengan judul Toko Merah, dikisahkan tentang kejadian aneh salah satu pegawai yang bekerja disitu. Katanya sesosok budak pernah menghampirinya saat bekerja, aku lupa si sosok budak itu ngomong apa, tapi sudah cukup menggambarkan keadaan Toko itu kan?
Akhirnya, kami sampai di puncak perjalanan. Yaitu berfoto diatas Jembatan Merah
Aku lupa nama aslinya apa, jadi karena warnanya merah sebut saja Jembatan Merah (maaf kalau salah). Diliat dari konstruksinya jembatan ini dapat naik dan turun kalau ada kapal yang lewat. Ini menunjukan bahwa Kali Besar, sungai yang mengalir dibawahnya, dulu merupakan jalur yang sibuk, mungkin...
Karena udah ngos-ngosan jadi kami berdua setelah itu pulang. Terimakasih, mohon maaf, dan sampai jumpa.
Minggu, 08 Agustus 2010
Part 1 - Gowes ke Kota Tua
Aku berangkat dari rumah jam setengah 7, sampai Senayan naik mobil kira-kira 20 menit kemudian. Setelah bersiap-siap, aku dan papa akhirnya mulai menggowesssss. Ini dia foto pertama yang diambil:
Aaaaaah! Siapakah monster hitam mengerikan yang mengendarai sepeda itu? Dan orang-orang akan menjawab; Itu Dea sayang...-_- Yah, pertanyaan diatas SALAH! Benar-benar SALAH BESAR!!! Kalau aku anjurkan harusnya seperti ini: Siapakah manusia KEREN yang mengendarai sepeda itu? Namun orang-orang akan menjawab; Wah, gue juga nggak tau...
Ini adalah foto waktu lagi di Jalan Sudirman, dan ini adalah deskripsi puitis nggak terlalu puitisku dari PR Laporan Perjalanan pelajaran B. Indonesia di kelas (karena emang aku nulis perjalanan yang sama); ... Gedung-gedung menjulang tinggi, pohon tertata rapi disepanjang jalan seraya mengikuti kayuhan sepedaku... blablabla lalala...
Kira-kira begitulah.
Lanjut lanjut lanjut akhirnya aku sampai Monas. Nggak foto-foto disini sih, tapi disana lagi ada acara lho...yaitu: LOMBA PANJAT MONAS (???). Nggak deng.
Semua hal diatas adalah fakta kecuali tentang brosur. Itu cuma untuk garingan semata. Lagipula pihak museum juga tidak bakal menyetujui adanya tulisan mengejek nggak penting itu di brosur promosi mereka.
Selain didepan museum gajah aku juga berfoto didepan Gedung Mahkamah Konstitusi atau MK yang bergaya arsitektur Eropa.
Selanjutnya langsung mengarah ke Kota Tua. Silahkan beralih ke Part 2 untuk membaca petualangan selanjutnya...;)
Senin, 12 Juli 2010
Now I'm in 8D
Mataku langsung fokus membaca satu-per-satu kertas yang ditempel di papan kayu yang udah miring itu (maklum, si papan udah ngerasain didorong-dorong, didesek-desek sama anak-anak hampir setiap tahun, dari mulai nilai, atau daftar apa aja pasti ditempelin disitu.). Akhirnya aku menemukan nama gue tertulis di salahsatu kertas itu yang bertuliskan "8D".
Mataku bergerak-gerak keatas, kebawah, keatas, terus kebawah lagi. Ternyata temen dekatku dikelas tujuh cuma satu yang ada. sial. Awalnya sih aku merasa lega lega saja tapi lama-lama aku jadi bad mood. Aku langsung memohon kepada tuhan yang maha esa biar temen-temen kelasnya enak-enak (bukan enak buat dimakan, nanti kalo enak beneran, aku gigit, aku bisa-bisa dimarahin sama orangtuanya terus dituntut karena melakukan kekerasan dalam kelas.).
Akhirnya aku dan kawan-kawan sekelas masuk ke homebased kami, di ruang matematika lantai 3. Aku mulai mikir kayaknya nggak ada yang enak dari kelas baru aku ini. Mana teman akrabku cuma satu..., tapi untungnya aku kemudian menyadari bahwa salahsatu teman SD aku ada di situ, jadi aku tambah, jadi dua, terus homebasednya ada di lantai tiga lagi... Capede...
Tapi ini kan baru tahap awal, mungkin saja nanti lama kelamaan things will change. Aku bisa dapet temen baru, sahabat baru, atau mungkin partner baru...? Ya, semoga akhir dari tahunku dikelas 8D bisa berakhir dengan baik, Amin...:)
Minggu, 11 Juli 2010
Mes Lapin "Ernie" (My Rabbit Ernie)
Sedikit curcol: dari dulu aku sudah sempat melihara kelinci berapa kali, tapi nggak ada yang awet. Ada yang kabur, mati, ngilang, dan sebagainya. Kayaknya mereka nggak tahan ngeliat tuannya (aku) yang disangka monster. Aku juga bingung sih, soalnya badanku kayaknya nggak gede-gede amat...
Kelinciku yang terakhir ada dua: hitam dan cokelat. Yang hitam akhirnya kabur (soalnya kalo dilepas nggak bakal keliatan) yang coklat mati...-_-.. Akhirnya kami kubur sebagaimana mestinya. Aku jadi takut si "calon kelinciku" bakal tersiksa kayak pendahulunya.
Pas disuruh pulang awalnya Adikku, Dita, nggak mau. Dia lagi asik main sama Aqyl dan Aisyah. Tapi pas dibilang mau ngambil kelinci dia langsung jadi nggak sabaran. Sepanjang jalan dia nanya terus, "Kira-kira berapa menit lagi kita sampai??", padahal kita baru berangkat...
Akhirnya kita sampai juga. Aku malahan sempet tidur dulu. Di rumah eyang lagi ada dua sepupuku: Sasha, umurnya 9 tahunan, dan Nalla, adiknya yang baru masuk SD, masih kecil-kecil. Pas ngeliat aku masuk rumah Nalla langsung teriak-teriak: " Ada BUTO IJO... Ada BUTO IJO!!!".. Sial. Maklum waktu itu aku lagi pake baju+celana ijo, aku pikir aku sedang mendukung gerakan Go Green itu... Tapi malah dibilang Buto Ijo.
Pas aku liat si kelinci warna putih. Saat itu aku belum kepikiran buat ngasih nama. Adik plus sepupuku langsung sahut-sahutan. "Henry aja!" kata adik (kelincinya jantan),"Jangan, Blacky aja!", kata Nalla. Hening. Namanya nggak yambung.
Setelah berdebat akhirnya jadilah Ernie. Namanya kayak yang di Sesame Street itu lho... Si Ernie kerjaannya makan melulu, terus tidur, besoknya dia pup. Makan, tidur, pup lagi. Tapi dia sangat lucu dan pintar. Kalau dikasih makan kangkung dia makannya cepet, terus pasti habis sampai batang-batangnya, begitu juga kalau dikasih wortel. Kalo aku lagi ngeliat dia, dia pasti bakal manjat-manjat kandangnya minta makanan. Ya, dia emang calon kelinci "n'dud" kayaknya... Tapi nggak bakal overweight tapi dia mungkin bisa overwortel... (Oke, itu maksa.-_-) Ya, kelinci tidak makan daging.
Oke, begitulah si Ernie. Kelinci imut, seperti yang punya...;)
Sabtu, 10 Juli 2010
Belajar Nyetir
Aku belajar jalanin mobil tanpa harus loncat-loncat kayak kelinci patah tulang itu baru bisa hari ini, hari kedua aku. Setelah diajar-ajarin Papa sampai stres sendiri (karena anaknya nggak bisa-bisa), aku akhirnya ngerti. Kalau belum "halus", perseneling ga boleh dilepas dulu, dan akhirnya gue bisa. Aku dipuji olah Papa, aku tersanjung...:)
Pembelajaran berlanjut. Setelah muter-muter parkiran D'Best Fatmawati sampai mabok sendiri akhirnya aku belajar untuk mundur. Ternyata lebih susah. Untuk mundur lurus saja harus mencoba berapa kali. Yang pertama sialnya aku nginjek gas terlalu kencang, padahal ada mobil dibelakang. Jeng.Jeng.Jeng... Papa berteriak panik; rem!rem!.. Aku juga panik sendiri, yaudah aku injek rem sampai mobilnya berhenti. Berkat seatbelt, aku nggak kejedot setir, untunglah... Lalu Aku mencoba-coba terus sampai akhirnya bisa.
Yang terakhir aku pelajari, adalah memarkirkan mobil. Yang maju aja sih gampang, asal jangan ketabrak aja... Kebetulan kita pakai mobil kecil, yaitu si Atoz, mobil kesayangan Mama. Jadi moncong depannya pendek, gampang untuk mengira-ngira... Lalu Papa suruh aku parkir mundur, krik. Aku menggunakan ilmu mundur aku sambil memutar-mutar setir aku kekiri, kekanan, kekiri, eitss kekanan lagi sampai akhrinya pas. Beberapa kali nyoba, akhirnya bisa juga.
Aku nyadar banget kalo selama muter-muter parkiran mas-mas yang ada di pinggiran jalan ngeliatin aku. Dia masang tampang aneh, bingung kenapa mobil kecil warna biru ini muter-muter terus kayak gasing, nanti saking seringnya bisa-bisa terjadi tornado lagi... (Oke, itu imajinasi yang berlebihan). Aku cuekin aja... soalnya pernah aku perhatiin sampai hampir nabrak. Akhirnya aku dimarahin Papa. Kapok. Lagian nggak ada enaknya juga merhatiin dia, mending kalo tiba-tiba mukanya berubah jadi Edward Cullen di film Twilight itu, kan rada enakkan. Tapi tetep aja aku ga mau.. Takut digigit ah... serem.
Yah... begitulah pengalaman menyetirku. Sayangnya besok udah sekolah.. Kapan bisa belajar lagi ya?
Part 2 -I'm a Nationalist!!! (Who's the 'third' man in the picture?)

Mari kita mengenal Sjahrir lebih lanjut...
Dibandingkan dengan Soekarno-Hatta, Sjahrir terlihat lebih muda. Memang begitu kenyataannya -_-... Saat menjadi Perdana Menteri pertama ia masih berumur 36 tahun...
Oh ya, sebenarnya Hatta lebih dulu kenal sama Sjahrir lho..(So?) Tapi, mengapa Hatta malah jadi dwitunggal sama Soekarno? Padahal mereka kan berbeda? Kenapa tidak sama Sjahrir yang udah jelas-jelas "sekampung" dan memiliki banyak persamaan pendapat?
Kalau tidak salah, keputusan ini diambil pada saat keduanya bertemu saat zaman penjajahan Jepang. Waktu itu Soekarno tengah membicarakan bahwa inilah saatnya mereka bekerjasama. Hatta pun setuju, dan jadilah Dwitunggal. Nah, Sjahrir lebih memilih untuk bekerja "bawah tanah" dengan mengandalkan radio gelapnya (Saat itu penjajah tidak mengizinkan seorang untuk mempunyai radio yang bisa menerima kabar dari luar. Itulah sebabnya dinamakan radio gelap..).
Terjadilah perjuangan dengan dua cara itu. Ya', cukup tentang ini, dipelajaran sejarah juga pasti ada...-_-.. (Ok itu nggak penting) Sekarang ada yang aku mau kasih lihat kepada anda-anda:
.jpg)
Ini adalah sketsa Sjahrir yang aku buat sendiri (of course nyontek foto lah...) tapi jadinya masih abal-abal...-_- Nah, diparagraf ini aku akan menjelaskan bagaimana sosok seorang Sjahrir itu...
Diantara para wartawan pada zaman itu, ia disebut "Bung Kecil". Ya, secara fisik mungkin Sjahrir terlihat kecil. Tetapi tidak nyalinya. Untuk seorang "anak muda" zaman itu, ia sudah jauh melampaui batas. Bayangkan, seorang berumur 30-an, bisa menjadi perdana menteri yang memimpin hingga 2 (atau 3 aku lupa)kabinet dinegara yang baru merdeka, yang masih perang-perangan, hancur-hancuran.., yahh...pokoknya masih semerawut adanya... Kagum.:0
Pernah pada suatu saat ia dicegah oleh seorang prajurit NICA. Prajurit itu menodongkan sebuah pistol kekepalanya, jengjengjeng.. Sjahrir bergeming (Kalo aku udah pingsan kali...Kalo nggak langsung ditembak karena dia udah ga tahan ngeliat mukaku yang amat..amat gembel. Ya, aku memang jagonya meng-gembel. Oya, aku kan waktu itu belum lahir -_- Oke, itu nggak usah dipikirin..). Saat pistol mematikan itu akan ditembakkan, pertolongan datang. Pistolnya macet. hening.. Karena malu mungkin, dan nggak mau kehilangan kesempatan, secara spontan (uhuy!) si prajurit langsung memukul pistolnya ke mata Sjahrir. Jedug! Matanya membiru. Namun saat para saksi ingin mengudarakannya lewat radio, Sjahrir menolak. Ia tidak mau para pemuda berperang karena kebencian.
Ya, tidak ada kata minder dalam kamusnya. Tapi banyak dalam kamusku: Minder sama temen, re-minder hape, sampai minderan HI. Oh, itu bunderan HI...-_- hening.
Dimata Bung Hatta, Sjahrir adalah orang yang penuh fantasi, juga sangat kritis kepada dirinya(Hatta). Karena ia pernah bilang kalau Bung Hatta mempunyai buku roman satu saja sudah malu, padahal buku roman ia tinggal semua di Belanda saat kuliah... ya, Sjahrir memang kritis.
Sebenarnya masih banyak cerita lagi, tapi cukup sekian dulu deh.. kapan-kapan aku akan cerita lagi. Ciao!